Ajip Rosidi adalah salah satu sastrawan Indonesia yang dikenal luas sebagai pengarang serba bisa, budayawan, dan tokoh penting dalam pelestarian sastra serta budaya daerah, khususnya Sunda dan Jawa. Karyanya mencakup puisi, cerita pendek, novel, drama, terjemahan, kritik sastra, esai, serta buku-buku penelitian budaya.
- Nama Lengkap: Ajip Rosidi
- Tempat & Tanggal Lahir: Jatiwangi, Cirebon, Jawa Barat, 31 Januari 1938
- Tanggal Wafat: 29 Juli 2020
Latar Keluarga dan Kehidupan Awal
Ajip lahir dari keluarga yang sederhana. Ketika ia berusia dua tahun, kedua orang tuanya berpisah sehingga ia diasuh oleh nenek dari pihak ibu, kemudian oleh pamannya di Jakarta. Kehidupan yang penuh tantangan pada masa kecilnya justru mendorong Ajip untuk terus mengembangkan diri, terutama di bidang sastra dan budaya. Pada usia 17 tahun, ia menikah dengan Patimah, dan pasangan ini dikaruniai enam orang anak: Nunun Nuki Aminten, Titi Surti Astiti, Uga Perceka, Nundang Rundagi, Rangin Sembada, dan Titis Nitiswari.
Pendidikan
Ajip menempuh pendidikan formal di beberapa kota, dimulai dari Sekolah Rakyat Jatiwangi, SMP di Majalengka, Bandung, dan Jakarta, hingga SMA di Jakarta. Meskipun tidak menyelesaikan pendidikan menengah secara formal, ia memiliki kemampuan literasi dan intelektual yang luar biasa. Ia kemudian dipercaya menjadi dosen di perguruan tinggi Indonesia, termasuk Universitas Padjadjaran, dan sejak 1981 mengajar di berbagai universitas di Jepang seperti Osaka Gaikokugo Daigaku, Kyoto Sangyo Daigaku, dan Tenri Daigaku. Pada 31 Januari 2011, Ajip menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Karier dan Aktivitas Publik
Ajip Rosidi mengawali kariernya di dunia sastra sejak SMP dengan menjadi pengasuh majalah Soeloeh Peladjar pada usia 15 tahun. Pada usia 17 tahun, ia menjadi redaktur majalah Prosa. Kariernya kemudian berkembang pesat:
- Redaktur dan Pendiri Penerbit: Tjupumanik (1964–1970), Budaya Jaya (1968–1979), Penerbit Dunia Pustaka Jaya (1971–1981), serta beberapa penerbit lain seperti Kiwari, Duta Rakyat, Girimukti Pasaka, dan Kiblat Buku Utama.
- Organisasi dan Kepemimpinan: Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Sunda (1966–1975), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972–1981), Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (1973–1979), serta anggota staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978–1980).
- Pelestarian Budaya: Ajip mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancagé dan memprakarsai Hadiah Sastra Rancage sejak 1989, memberikan penghargaan bagi sastrawan dan budayawan daerah yang berkontribusi terhadap sastra dan budaya lokal. Ia juga turut menyusun Ensiklopedi Kebudayaan Sunda (2001) dan memimpin proyek penelitian pantun dan folklor Sunda.
Di Jepang, Ajip diangkat sebagai guru besar tamu di beberapa universitas, mengajar sastra dan bahasa Indonesia serta aktif memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional.
Prestasi dan Karya
Ajip Rosidi menulis lebih dari seratus judul karya dalam berbagai bentuk, termasuk puisi, cerita pendek, novel, drama, terjemahan, dan kritik sastra. Beberapa karya pentingnya antara lain:
- Kumpulan Puisi: Pesta (1956), Tjari Muatan (1959), Djeram (1970), Ular dan Kabut (1973), Sajak-Sajak Anak Matahari (1979), dan Nama dan Makna (1988).
- Cerpen: Di Tengah Keluarga (1956), Sebuah Rumah buat Hari Tua (1957), Pertemuan Kembali (1962).
- Novel: Perjalanan Pengantin (1958) dan Anak Tanah Air (1985).
- Terjemahan dan Saduran: Mengalihbahasakan karya sastra Sunda, termasuk Mengurbankan Diri, Memuja Siluman, dan karya pengarang Jepang Yasunari Kawabata (Penari-Penari Jepang, Negeri Salju).
- Esai dan Kritik: Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969), Sejarah Sastra Indonesia (1988), Puisi Indonesia Modern, Sebuah Pengantar (1988), dan Sastera dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan (1995).
Prestasi karya Ajip telah mendapat pengakuan luas, antara lain Hadiah Sastra Nasional untuk puisi (1955–1956) dan prosa (1957–1958), Hadiah Seni Pemerintah RI (1993), Bintang Mahaputera Pratama (2020), serta penghargaan dari pemerintah Jepang atas jasanya membina hubungan budaya Indonesia-Jepang.
Visi dan Kontribusi Positif
Ajip Rosidi dikenal sebagai tokoh yang konsisten memajukan sastra dan budaya Indonesia, khususnya dalam menjaga keberlangsungan sastra daerah. Ia memiliki visi untuk menyeimbangkan apresiasi sastra modern dengan pelestarian budaya lokal, serta menekankan pentingnya pendidikan literasi dan pengetahuan budaya bagi generasi muda. Kontribusinya tidak hanya berbentuk karya, tetapi juga melalui penerbitan, organisasi, dan penghargaan sastra.
Kontroversi
Sebagai seorang intelektual dan budayawan, Ajip Rosidi tak lepas dari kritik, terutama terkait pandangannya mengenai sejarah sastra Indonesia dan pemisahan antara karya sastra modern dan tradisional. Namun, kritik tersebut tidak mengurangi pengaruh dan kontribusi positifnya dalam dunia sastra dan budaya Indonesia.
Ajip Rosidi adalah sosok sastrawan serba bisa, pendidik, dan pelestari budaya yang berpengaruh. Dengan karya-karya produktif dan dedikasinya terhadap sastra serta budaya daerah, Ajip meninggalkan warisan abadi bagi perkembangan sastra Indonesia dan pemahaman budaya lokal, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi penerus.