Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A. lahir pada 25 April 1937 di Rembang, Jawa Tengah, dan wafat pada 21 Agustus 2021. Ia berasal dari keluarga Jawa yang memegang teguh nilai pendidikan dan budaya membaca. Ayahnya, Munandar Darmowidagdo, bekerja sebagai pegawai kantor pos, sementara ibunya, Sri Kunmaryati, dikenal gemar membaca cerita wayang dan mitologi Jawa. Dari ibunya inilah Budi Darma diwarisi kecintaan terhadap bacaan. Ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara yang semuanya laki-laki.
Masa kecilnya diwarnai dengan perpindahan tempat tinggal mengikuti tugas sang ayah, dari Bandung hingga Semarang. Kebiasaan membaca serta diskusi intelektual dengan pamannya, Prof. Mr. Notosusanto, semakin memperluas cakrawala pikirnya. Pada 14 Maret 1968, Budi Darma menikah dengan Sitaresmi, S.H., dan dikaruniai tiga anak: Diana, Guritno, dan Hananto Widodo.
Pendidikan
Budi Darma menempuh pendidikan dasar di Kudus (1950), melanjutkan SMP di Salatiga (1953), dan SMA di Semarang (1956). Ia kemudian kuliah di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, lulus pada 1963 dengan penghargaan Bintang Wisuda Bhakti. Skripsinya berjudul Tragic Heroes in the Plays of Marlowe.
Keseriusannya pada studi berlanjut ke luar negeri. Ia memperoleh beasiswa Fullbright untuk menempuh studi Master of Arts in English Creative Writing di Universitas Indiana, Bloomington, Amerika Serikat (1975) dengan tesis The Death and the Alive. Gelar doktor diraihnya pada 1980 di universitas yang sama melalui disertasi Character and Moral Judgment in Jane Austen’s Novel dengan dukungan Ford Foundation. Ia juga sempat mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa (1967) dan studi nirgelar di Universitas Hawaii melalui East-West Centre (1970–1971).
Karier Akademik dan Aktivitas Publik
Sejak 1963, Budi Darma mengabdikan diri di IKIP Surabaya (kini Universitas Negeri Surabaya/Unesa). Dalam karier akademiknya, ia pernah menjabat:
- Ketua Jurusan Sastra Inggris (1966–1970, 1980–1984),
- Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (1963–1966, 1970–1974),
- Rektor IKIP Surabaya (1984–1988).
Selain mengajar, ia kerap diundang sebagai pembicara, penguji doktor, hingga peneliti sastra di dalam dan luar negeri. Ia juga menjadi Visiting Research Associate di Universitas Indiana setelah menyelesaikan program doktoralnya.
Di tingkat regional, kiprahnya terlihat dalam Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), di mana ia berperan membimbing penulis muda dari Indonesia, Brunei, dan Malaysia. Sebagai akademisi, ia juga menjadi editor utama buku Modern Literature of ASEAN (2000), yang membahas perkembangan sastra di tujuh negara Asia Tenggara.
Prestasi dan Karya
Budi Darma adalah penulis serba bisa: cerpen, novel, esai, puisi, terjemahan, hingga karya nonsastra. Namun, ia lebih dikenal sebagai cerpenis, novelis, dan esais. Gaya penulisannya khas dengan penggunaan teknik kolase—menyisipkan potongan iklan, tiket, atau teks lain ke dalam karya fiksi.
Novel
- Olenka (1983) – pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 1980, novel terbaik DKJ 1983.
- Rafilus (1988).
- Ny. Talis (1996).
Kumpulan Cerpen
- Orang-Orang Bloomington (1980) – karya monumental yang ditulis saat ia belajar di Amerika Serikat.
- Fofo dan Senggring (2005).
- Hotel Tua (2017).
- Atavisme (2022, terbit setelah wafatnya).
Esai dan Kritik Sastra
- Solilokui (1983).
- Sejumlah Esai Sastra (1984).
- Harmonium (1996).
- Moral dalam Sastra (1981).
Terjemahan dan Karya Nonsastra
- Warisan (terjemahan karya Tsitsi V. Himunyanga-Phiri, 1996).
- Sejarah 10 November 1945 (1987).
- Culture in Surabaya (1992).
Penghargaan
- Hadiah Pertama Sayembara Roman DKJ (1980).
- Hadiah Sastra DKJ untuk Olenka (1983).
- SEA Write Award, Thailand (1984) untuk Orang-Orang Bloomington.
- Anugerah Seni Pemerintah RI (1993).
- Warga Surabaya Berprestasi di bidang sastra (1987, 1988).
- Penghargaan Warga Berprestasi Seni dari Gubernur Jawa Timur (2004).
Karya-karyanya bahkan diadaptasi ke panggung teater, misalnya cerpen Orez dan Kritikus Adinan.
Visi dan Kontribusi
Budi Darma menempatkan manusia sebagai pusat perhatiannya. Ia mengamati perilaku, kontradiksi, dan kompleksitas moral manusia, bukan semata-mata sebagai produk sosial, melainkan sebagai fenomena universal. Dengan pendekatan humanis ini, ia dianggap sebagai pembaharu prosa Indonesia modern.
Di dunia pendidikan, kontribusinya terlihat dari dedikasinya membina generasi muda penulis, baik melalui kelas, lokakarya, maupun forum internasional. Ia juga memperluas literasi sastra Indonesia ke kancah internasional, menjadikan karyanya dikenal di luar negeri.
Kontroversi
Seperti banyak pemikir besar, karya Budi Darma tak lepas dari kritik. Beberapa pembaca menilai gaya absurd, kompleks, atau kolase yang digunakannya sulit dipahami. Namun, kritik tersebut lebih bersifat apresiatif, karena justru menggarisbawahi keberanian Budi Darma dalam memperkenalkan bentuk baru dalam prosa Indonesia. Sebagai akademisi dan pejabat kampus, ia juga menghadapi tantangan birokrasi, tetapi rekam jejaknya menunjukkan konsistensi dalam menjaga integritas dan kualitas pendidikan.
Budi Darma adalah sosok sastrawan, akademisi, sekaligus pemikir humanis yang memberi sumbangan besar bagi kesusastraan dan pendidikan Indonesia. Dengan karya-karyanya yang mendunia, perannya di dunia akademik, serta dedikasinya dalam membimbing generasi muda, ia dikenang sebagai figur yang menempatkan sastra bukan hanya sebagai ekspresi estetis, tetapi juga sarana memahami manusia dan kemanusiaan.