Profil Adri Darmadji Woko: Sastrawan Perintis Komunitas Negeri Poci

Adri Darmadji Woko adalah penyair, jurnalis, dan penggerak sastra Indonesia kelahiran Yogyakarta, 28 Juni 1951. Perintis Komunitas Negeri Poci ini ...

Adri Darmadji Woko adalah salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia modern. Lahir di Yogyakarta pada 28 Juni 1951, ia dikenal luas sebagai penyair, penulis esai, pewarta, sekaligus penggerak komunitas sastra. Kiprahnya dalam mengembangkan puisi Indonesia, terutama lewat Komunitas Negeri Poci, telah memberikan warna tersendiri dalam perjalanan kesusastraan nasional.

Adri Darmadji Woko

Identitas dan Latar Keluarga

Adri Darmadji Woko lahir dari keluarga Jawa di Yogyakarta, daerah yang sejak lama dikenal sebagai pusat kebudayaan dan kesenian Indonesia. Sejak muda, ia tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan seni, bahasa, dan tradisi lisan. Adri kerap menyebut bahwa dukungan keluarga dan lingkungan sosialnya di Yogyakarta memberi fondasi kuat bagi ketertarikannya terhadap dunia sastra. Nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan cinta budaya yang ditanamkan sejak kecil berpengaruh besar dalam membentuk karakternya sebagai sastrawan yang rendah hati namun konsisten berkarya.

Pendidikan dan Perjalanan Akademik

Minat Adri terhadap dunia sastra mulai tampak sejak masa sekolah menengah atas sekitar tahun 1970. Meski awalnya menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Jakarta (Unija), ia kemudian lebih tertarik pada dunia komunikasi dan menuntaskan pendidikan sarjananya di Sekolah Tinggi Publisistik (STP), yang kini dikenal sebagai Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta (IISIP).

Pendidikan tersebut memperluas pandangannya terhadap relasi antara bahasa, media, dan masyarakat. Pengetahuan jurnalistik yang diperolehnya di STP sangat memengaruhi gaya penulisannya — lugas, informatif, namun tetap berjiwa puitis. Hal ini juga menjelaskan mengapa ia mampu berkiprah di dua dunia sekaligus: jurnalisme dan sastra.

Awal Perjalanan Sastra dan Pembentukan Komunitas

Ketertarikan Adri pada dunia sastra tak bisa dilepaskan dari kiprahnya sejak awal 1970-an. Ia mulai menulis puisi dan cerpen untuk berbagai surat kabar nasional seperti Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Berita Buana, Merdeka, dan Horison. Pada tahun 1972, ia mendirikan Kelompok Poci Bulungan, kemudian Kelompok Sastra Kuningan (1977), Kelompok Poci Jakarta (1979), dan puncaknya Komunitas Negeri Poci (1993).

Komunitas Negeri Poci yang ia rintis bersama sejumlah penyair seperti Kurniawan Junaedhie, Piek Ardijanto Soeprijadi, Handrawan Nadesul, dan Widjati, menjadi wadah kreatif bagi banyak sastrawan Indonesia. Melalui komunitas ini, Adri berupaya memasyarakatkan puisi sebagai ruang ekspresi yang terbuka, merakyat, dan membumi.

Karier di Dunia Jurnalistik dan Media

Selain aktif menulis karya sastra, Adri Darmadji Woko juga dikenal sebagai pewarta, redaktur, hingga pemimpin redaksi di berbagai majalah populer Indonesia. Ia pernah bekerja di majalah Sonata, Puteri Indonesia, Kartini, Halo, Pertiwi, Nona, Panasea, Mistis, Gelora Reformasi, Kencan, Kartika, dan Puan Pertiwi.

Kiprahnya di dunia media membuatnya diakui sebagai jurnalis profesional dengan keanggotaan seumur hidup di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Di tengah kesibukan jurnalistik, Adri tetap menjaga konsistensinya menulis puisi dan esai sastra, membuktikan kemampuannya menyeimbangkan kerja intelektual dan estetika.

Prestasi dan Penghargaan

Konsistensi Adri dalam berkarya membuahkan banyak apresiasi. Sejak awal kariernya, ia telah memenangkan sejumlah lomba menulis puisi:

  1. Pemenang Lomba Menulis Puisi GRJS (1971 dan 1972)
  2. Pemenang Lomba Puisi Tifa Sastra (1978)
  3. Penerima Anugerah Kebahasaan dan Kesastraan (2015) dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berkat antologi puisinya Cicak-Cicak di Dinding

Karya-karyanya bahkan menembus tingkat internasional. Beberapa antologi puisinya tercatat dalam katalog National Library of Australia, menandakan pengakuan terhadap kualitas dan nilai sastra yang ia hasilkan.

Karya dan Kontribusi Sastra

Adri Darmadji Woko merupakan salah satu penyair paling produktif dalam generasinya. Ia tidak hanya menulis secara individual, tetapi juga terlibat dalam banyak antologi bersama penyair Indonesia lainnya.

Beberapa karyanya antara lain:

  1. Negeri untuk Rahadi (1951)
  2. Darah Biru Kaki Empat (antologi puisi bersama Syarifuddin A. Ch., 1974)
  3. Penyair Muda di Depan Forum (antologi puisi, 1976)
  4. Boneka Mainan (1978)
  5. Tonggak 4 (antologi puisi, 1978)
  6. Puisi ASEAN 4 (antologi puisi, 1978)
  7. Senandung Rumah Ibu (1993)
  8. Dari Negeri Poci 1 (antologi puisi, 1993)
  9. Dari Negeri Poci 2 (antologi puisi, 1994)
  10. Serayu (antologi puisi, 1995)
  11. Dari Negeri Poci 3 (antologi puisi, 1996)
  12. Hijau Kelon (antologi puisi, 2003)
  13. Gong Bolong (antologi puisi, 2008)
  14. The Fifties (antologi puisi, 2010)
  15. Senandoeng Radja Ketjil (antologi puisi 15 penyair, 2010)
  16. Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (antologi puisi sosial 51 penyair pilihan, 2012)
  17. Kitab Radja-Ratoe Alit (antologi puisi alit 50 penyair Indonesia, 2011)
  18. Suara-Suara yang Terpinggirkan (antologi puisi mbeling, 2012)
  19. Dari Negeri Poci 4: Negeri Abal-Abal (antologi puisi, 2013)
  20. Cicak-Cicak di Dinding (2014)
  21. Jeruji Waktu (antologi puisi, 2014)
  22. Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (antologi puisi, 2014)
  23. Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut (antologi puisi, 2015)
  24. Kitab Karmina Indonesia (antologi puisi, 2015)
  25. 1000 Haiku Indonesia (antologi puisi, 2015)
  26. Sanghyang Jaran (2017)
  27. Dari Negeri Poci 7: Negeri Awan (antologi puisi, 2017)
  28. Dari Negeri Poci 8: Negeri Bahari (antologi puisi, 2018)
  29. Cadar Fajar (2019)
  30. Gambang Semarang (antologi puisi, 2020)

Adri turut berkontribusi dalam seri Dari Negeri Poci (1–8), yang menjadi tonggak penting bagi perkembangan komunitas sastra di Indonesia. Seri ini tak hanya berisi puisi, melainkan juga refleksi kebudayaan dan sosial yang menggambarkan dinamika kehidupan Indonesia dari berbagai era.

Karyanya dikenal kaya akan imaji, ironi sosial, dan kepekaan terhadap nilai kemanusiaan. Ia juga gemar menulis dengan gaya mbeling, sebuah bentuk ekspresi yang nakal namun jujur terhadap realitas sosial.

Keterlibatan di Dunia Teater

Selain di dunia sastra dan jurnalistik, Adri juga aktif dalam seni pertunjukan. Ia tergabung dalam kelompok Teater Bulungan, Teater Saja, dan Teater Panuluh, serta pernah membawakan karya klasik seperti Musuh Manusia (Molière) dan Nyanyian Angsa (Anton P. Chekhov). Pengalaman ini memperkaya pemahaman estetikanya, terutama dalam hal dialog, ekspresi, dan dinamika peran manusia dalam kehidupan sosial.

Visi dan Pandangan terhadap Sastra

Adri Darmadji Woko percaya bahwa sastra bukan sekadar karya seni, tetapi juga media sosial untuk menyuarakan nurani. Baginya, puisi adalah cara untuk merawat kepekaan terhadap keindahan sekaligus keadilan. Melalui Komunitas Negeri Poci dan karya-karyanya, ia berupaya agar sastra tetap dekat dengan masyarakat dan tidak terjebak dalam elitisasi bahasa.

Ia juga menekankan pentingnya regenerasi penyair muda dan pembacaan sastra secara terbuka. Dalam beberapa wawancara dan forum sastra, Adri sering mengingatkan bahwa puisi harus hidup di tengah publik, bukan hanya di ruang akademik.

Kontroversi dan Kritik

Sebagai tokoh publik di dunia sastra, Adri tidak lepas dari kritik. Beberapa kalangan menilai gaya puisinya yang eksperimental terkadang terlalu bebas dan sukar dipahami. Namun, kritik ini justru menjadi bukti keberanian Adri dalam mengeksplorasi bentuk dan tema baru. Ia dikenal terbuka terhadap perdebatan, dan lebih memilih menjadikan kritik sebagai bahan refleksi ketimbang konfrontasi.

Secara umum, reputasinya di dunia sastra tetap positif dan dihormati oleh lintas generasi penyair Indonesia.

Kehidupan Pribadi dan Aktivitas Terkini

Di luar dunia tulis-menulis, Adri dikenal sederhana dan bersahaja. Ia aktif menghadiri kegiatan sastra, peluncuran buku, dan menjadi juri lomba baca puisi. Walaupun tidak banyak menggunakan media sosial, sejumlah informasi dan dokumentasi kegiatannya dapat ditemukan di kanal sastra nasional serta catatan komunitas Dari Negeri Poci.

Adri Darmadji Woko adalah sosok yang merepresentasikan semangat kontinuitas dalam sastra Indonesia. Ia bukan hanya penyair, tetapi juga penggerak komunitas, jurnalis, dan seniman panggung yang menyatukan kata dan tindakan dalam kehidupan. Dengan karya yang melintasi dekade dan komunitas yang terus hidup hingga kini, Adri telah menorehkan kontribusi besar bagi perjalanan sastra Indonesia — membuktikan bahwa kata bisa menjadi rumah bagi kebudayaan dan kemanusiaan.

© Artikel Populer. All rights reserved.