Profil Ahmadun Yosi Herfanda: Jurnalis, Penyair, dan Guru Sastra

Ahmadun Yosi Herfanda (lahir 17 Januari 1958 di Kendal, Jawa Tengah) adalah penyair, jurnalis, dan penggerak sastra Indonesia yang dikenal dengan ...

Ahmadun Yosi Herfanda — yang kerap ditulis juga sebagai Ahmadun Y. Herfanda, Ahmadun YH, atau AYH — lahir pada 17 Januari 1958 di Kendal, Jawa Tengah. Ia dibesarkan dalam keluarga yang religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, keilmuan, serta kedisiplinan. Latar keluarganya turut menanamkan semangat menulis dan berpikir reflektif yang kelak membentuk arah spiritual dan sosial dalam karya-karyanya. Nilai keagamaan dan kehidupan sosial masyarakat pedesaan tempat ia tumbuh menjadi fondasi kuat bagi perjalanan intelektual dan spiritualnya sebagai seorang penyair, jurnalis, dan pemikir kebudayaan.

Ahmadun Yosi Herfanda

Latar Pendidikan

Ahmadun menempuh pendidikan di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) IKIP Yogyakarta, di mana bakat sastranya mulai menonjol dan berkembang pesat. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, ia melanjutkan ke jenjang S-2 Teknologi Informasi di Universitas Paramadina dan kemudian meraih Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Perpaduan antara latar pendidikan bahasa, seni, dan teknologi komunikasi memberi warna tersendiri dalam karya-karyanya — memadukan spiritualitas, humanisme, dan kesadaran modernitas dalam satu narasi puitik yang khas.

Karier Jurnalistik dan Aktivitas Publik

Karier Ahmadun dimulai di dunia jurnalistik sejak masa kuliah. Ia berkiprah sebagai editor dan wartawan di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983–1989), kemudian bergabung di Harian Yogya Post (1989–1992), Majalah Sarinah (1992–1993) bersama Korrie Layun Rampan, dan Harian Republika (1993–2010).

Di Republika, Ahmadun menjabat berbagai posisi penting seperti Redaktur Sastra, Koordinator Desk Opini dan Budaya, hingga Asisten Redaktur Pelaksana. Meski meniti karier jurnalistik dengan stabil, ia lebih dikenal karena dedikasinya terhadap dunia sastra — mengelola acara, membimbing penulis muda, serta mengisi seminar, workshop, dan festival sastra baik di Indonesia maupun mancanegara.

Sejak Maret 2010, Ahmadun dipercaya menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk periode 2010–2013. Ia juga aktif mengajar creative writing di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Serpong. Kiprahnya di berbagai forum internasional juga patut dicatat: ia pernah menjadi pembicara dan penyair tamu di Korea Selatan, Mesir, Thailand, Singapura, Malaysia, Turki, dan Brunei Darussalam, serta berbagai kota di Indonesia.

Peran Organisasi dan Komunitas Sastra

Ahmadun Yosi Herfanda dikenal luas sebagai tokoh penggerak komunitas sastra di Indonesia. Ia merupakan:

  1. Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI)
  2. Pendiri Komunitas Cerpen Indonesia (KCI)
  3. Penggagas Pertemuan Penyair Nusantara (PPN), forum penyair lintas negara yang diselenggarakan bergilir di berbagai negara kawasan Nusantara
  4. Konseptor dan deklarator Hari Puisi Indonesia (HPI) yang diperingati setiap 26 Juli

Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993–1995), Ketua Presidium KSI (1999–2002), Ketua Umum KCI (2007–2010), dan Ketua Umum KSI (2008). Ahmadun juga pernah menjadi anggota Majelis Penulis dan Dewan Penasihat Forum Lingkar Pena (FLP).

Tahun 2010, bersama sejumlah sastrawan Jakarta, ia mendirikan Yayasan Sastra Indonesia – Yayasan Cinta Sastra, dan dipercaya sebagai ketua. Ia juga memimpin Litera (litera.co.id) — sebuah portal literasi di bawah Yayasan Kreativa Indonesia, serta mengembangkan Jakarta Publishing House (PT Media Cipta Mandiri) yang berfokus pada penerbitan karya sastra dan nonfiksi.

Saat ini, Ahmadun juga tercatat sebagai anggota Dewan Pakar Institute of Malay Studies Patthani University (Thailand) dan tim ahli Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Sastra Kemdikbud RI.

Karya dan Prestasi

Ahmadun merupakan sosok produktif dengan ratusan karya yang terbit di media nasional dan internasional. Puisinya dimuat di Horison, Kompas, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Merdeka, Ulumul Qur’an, dan jurnal internasional seperti Indonesia and The Malay World (London).

Beberapa karya juga diterbitkan di luar negeri, termasuk dalam Secreets Need Words (Ohio University, AS, 2001) dan Waves of Wonder (The International Library of Poetry, AS, 2002).

Prestasi dan Penghargaan:

  1. Juara Sayembara Cerpen Kincir Emas Radio Nederland (1988) untuk cerpen Sebutir Kepala dan Seekor Kucing
  2. Juara I Sayembara Cerpen Suara Merdeka (1990) untuk Penyakit Leher
  3. Juara I Sayembara Puisi Islami Iqra (1992) untuk Sembahyang Rumputan
  4. Penghargaan Tertinggi Peraduan Puisi Islam MABIMS (1997) — forum para Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura
  5. Finalis Lima Besar Buku Puisi Terbaik HPI (2016) untuk Ketika Rumputan Bertemu Tuhan
  6. Juara II Sayembara Puisi Islami Sabah, Malaysia (2018) untuk Aku Pasti Kembali PadaMu
  7. Lima Besar Buku Puisi Terbaik HPI (2023) untuk Kasidah Seribu Purnama

Karya Ahmadun Yosi Herfanda:

  1. Pagar-Pagar (kumpulan puisi, 1980).
  2. Ladang Hijau (kumpulan puisi, 1980).
  3. Penyair Yogya Tiga Generasi (antologi puisi, 1981).
  4. Sang Matahari (antologi puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, 1984).
  5. Prasasti (antologi puisi, 1984).
  6. Meniti Jejak Matahari (antologi puisi, 1984).
  7. Tanah Persinggahan (antologi puisi, 1985).
  8. Syair Istirah (antologi puisi, bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, 1986).
  9. Tugu: Antologi Puisi 32 Penyair Yogya (antologi puisi, 1986).
  10. Tonggak 4: Antologi Puisi Indonesia Modern (antologi puisi, 1987).
  11. Paradoks Kilas Balik (antologi cerpen, 1989).
  12. Sajak Penari (kumpulan puisi, 1990).
  13. Pustaka Hidayah (kumpulan artikel, 1992).
  14. Pergelaran (antologi cerpen, 1993).
  15. Dari Negeri Poci 2 (antologi puisi, 1994).
  16. Teror Subuh di Kanigoro (sejarah, 1995).
  17. Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, 1996).
  18. Trotoar (antologi puisi, 1996).
  19. Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, 1997).
  20. Fragmen-Fragmen Kekalahan: 20 puisi pilihan (kumpulan sajak, 1997).
  21. Kolusi (kumpulan cerpen, 2002).
  22. Leksikon Sastra Jakarta: Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya (2003).
  23. Sastra Kota: Bunga Rampai Esai Temu Sastra Jakarta (2003).
  24. Kota yang Bernama dan Tak Ternama: Antologi Cerpen Temu Sastra Jakarta (2003).
  25. Bisikan Kata, Teriakan Kota: Antologi Puisi Temu Sastra Jakarta (2003).
  26. Demokrasi Madinah: Model Demokrasi Cara Rasulullah (2003).
  27. Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, 2004).
  28. Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, 2004).
  29. Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, 2004).
  30. The Worshipping Grass (kumpulan puisi dwi bahasa, 2005).
  31. Dokumen Jibril: Kumpulan Cerpen Republika (2005).
  32. Resonansi Indonesia (antologi puisi sosial, 2006).
  33. Koridor yang Terbelah (kumpulan esai sastra, 2006).
  34. Jogja Lima Koma Sembilan Skala Richter (antologi puisi, 2006).
  35. Anthology Empati Yogya: Sebuah Kumpulan Puisi (2006).
  36. Nyanyian Cinta: Antologi Cerpen Santri Pilihan (2006).
  37. Tarian dari Langit (antologi cerpen, 2007).
  38. Inspiring Stories: 30 Kisah Para Tokoh Beken yang Menggugah (2008).
  39. Yang Muda yang Membaca (esai panjang, 2009).
  40. Sajadah Kata (kumpulan puisi, 2013).
  41. Dari Negeri Daun Gugus (kumpulan puisi, 2015).
  42. 99 Cara Mudah Menjadi Penulis Kreatif (2016).
  43. Matahari Cinta Samudera Kata (antologi puisi, 2016).
  44. Ketika Rumputan Bertemu Tuhan (kumpulan puisi, 2016).
  45. Bunga Rampai PMK: Bergerak dengan Nurani (antologi puisi menolak korupsi, 2017).
  46. Kasidah Seribu Purnama (kumpulan puisi, 2023).
  47. Pertobatan Aryati (kumpulan cerpen, 2024).
  48. Surat Cinta untuk Puan Sunyi (kumpulan puisi, 2024).
  49. Doa Tulang Rusuk (kumpulan puisi, 2025).

Tema karya Ahmadun banyak berpusat pada spiritualitas, nilai-nilai kemanusiaan, dan kritik sosial. Puisinya sering disebut sebagai bentuk sufistik sosial-religius, memadukan kedalaman batin dengan refleksi atas realitas sosial masyarakat modern.

Gaya dan Pandangan Sastra

Sebagai penyair dan cerpenis, Ahmadun dikenal memiliki gaya karikatural yang khas, mengolah kritik sosial dengan pendekatan humanistik dan humor reflektif. Dalam puisi-puisinya, keheningan spiritual dan keresahan sosial berpadu menjadi satu, seolah ia menulis bukan hanya dengan pena, tapi juga dengan kesadaran batin yang mendalam.

Ia sering menyatakan bahwa sastra harus hadir “bukan hanya untuk keindahan, tapi juga untuk pencerahan.” Pandangan tersebut menjadi dasar visinya dalam mengembangkan komunitas sastra yang inklusif dan mendidik.

Visi dan Kontribusi

Ahmadun Yosi Herfanda merupakan sosok yang percaya bahwa sastra adalah bagian penting dari pembangunan spiritual bangsa. Ia terus menghidupkan literasi Nusantara melalui komunitas, media, dan pendidikan. Visi utamanya adalah menjadikan sastra bukan hanya ruang ekspresi, tetapi juga media pencerahan, penyadaran moral, dan penyatuan kultural di tengah keberagaman.

Ahmadun Yosi Herfanda adalah contoh nyata bahwa seorang sastrawan bisa berperan lebih dari sekadar penyair: ia adalah penggerak kebudayaan, pendidik literasi, dan penjaga spiritualitas dalam bahasa. Dengan puluhan tahun kiprah, ratusan karya, serta semangat yang tak pernah padam, Ahmadun telah menegaskan bahwa puisi bukan sekadar kata-kata, melainkan napas yang menyatukan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.

© Artikel Populer. All rights reserved.