Aming Aminoedhin, yang memiliki nama asli Mohammad Amir Toharm, lahir pada 22 Desember 1957 di Ngawi, Jawa Timur. Sosoknya dikenal luas di dunia sastra Jawa maupun Indonesia sebagai penyair, peneliti, dan pembina kesenian yang berdedikasi tinggi.
Latar Keluarga
Aming Aminoedhin lahir dan dibesarkan di Ngawi. Pengaruh lingkungan dan keluarganya mendukung pendidikan dan budaya lokal diyakini berperan penting dalam membentuk kecintaan Aming terhadap sastra dan kesenian sejak usia muda.
Pendidikan
Aming menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Ngawi. Ia kemudian melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi dan meraih gelar sarjana di Jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Sebelas Maret (UNS). Ia menempuh studi ini selama 10 tahun, menunjukkan ketekunan dan komitmennya dalam mendalami ilmu bahasa dan sastra.
Karier dan Aktivitas Publik
Karier Aming Aminoedhin dimulai di Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, sebelum akhirnya menjadi peneliti dan pembina sastra di Balai Bahasa Surabaya. Ia dikenal memiliki perhatian besar terhadap perkembangan sastra Jawa, meskipun bidang akademiknya berada di ranah sastra Indonesia.
Sebagai seniman yang kreatif dan aktif, Aming berperan penting dalam berbagai kegiatan kesenian. Ia menjadi penggerak di acara-acara seperti Malam Sastra Surabaya (Malasasa) dan menjabat sebagai koordinator serta motivator Forum Apresiasi Sastra Surabaya (FASS) di PPIA Surabaya. Selain itu, ia juga menjabat sebagai ketua Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS). Atas dedikasinya di bidang sastra, Aming mendapat julukan “Presiden Penyair Jatim” dari Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo.
Prestasi dan Karya
Aming Aminoedhin dikenal sebagai penulis puisi dan guritan yang produktif. Beberapa karyanya telah termuat dalam berbagai antologi puisi, sementara kumpulan guritannya yang diterbitkan secara mandiri antara lain:
- Tanpa Mripat (2006)
- Owah Gingsire Kahanan (2020)
- Cakramanggilingan (2021)
- Jaman Jumpalitan (2024)
Karya-karyanya menampilkan kepiawaian Aming dalam menggabungkan nuansa Jawa klasik dengan tema kontemporer, menjadikannya tokoh penting dalam pelestarian sastra Jawa modern.
Aming Aminoedhin adalah sosok yang konsisten mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan dan pelestarian sastra Jawa. Dengan karya-karya guritan dan puisi yang terus berkembang, serta kontribusinya dalam organisasi sastra di Surabaya, ia menjadi figur inspiratif bagi generasi muda penikmat dan pegiat sastra. Dedikasinya mencerminkan visi untuk menjaga kekayaan budaya Jawa tetap relevan di era modern.