Aslan Abidin lahir pada 31 Mei 1972 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Ia merupakan salah satu sastrawan berdarah Bugis yang aktif menulis puisi dan berkontribusi pada perkembangan sastra Indonesia kontemporer.
Latar Keluarga
Aslan Abidin berasal dari keluarga Bugis yang menghargai pendidikan dan budaya. Pengaruh keluarga terlihat dalam kecintaan Aslan terhadap sastra dan identitas kulturalnya, yang kemudian tercermin dalam karya-karyanya yang kerap menampilkan nuansa lokal dan universal.
Pendidikan
Aslan menempuh pendidikan formal di bidang sastra Indonesia. Ia menyelesaikan studi Sarjana Sastra Indonesia di Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 1997. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan fokus Ilmu Sastra, yang diselesaikan pada 2011. Ia juga menempuh program S3 Ilmu Linguistik di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar, menunjukkan komitmennya dalam pengembangan akademik dan literasi linguistik.
Prestasi & Karya
Aslan Abidin dikenal luas melalui karya-karya puisinya yang telah diterbitkan di berbagai media, antara lain Horison, Basis, Jurnal Puisi, Republika, Kompas, Media Indonesia, dan Indopost. Karya-karyanya juga dibukukan dalam sejumlah antologi, di antaranya:
- Napas Kampus (1994)
- Koridor dan Batu Beramal II (1995)
- Getar (1996)
- Mimbar Penyair Abad 21 (1996)
- Puisi Tak Pernah Pergi (2003)
- Tak Ada Yang Mencintaimu Setulus Kematian (2004)
- Antologi Puisi Indonesia (Yayasan Lontar, 2017)
Sementara buku puisi tunggalnya:
- Bahaya Laten Malam Pengantin (2008), diterbitkan ulang judul diganti Orkestra Pemakaman (2018)
- Bagian Paling Perih dari Mencintai (KPG, 2020)
Aslan juga menerbitkan buku esai tunggal:
- Menunggu Rakyat Bunuh Diri (Basabasi, 2020).
Karya-karya Aslan kerap menampilkan tema-tema humanis, refleksi sosial, serta sentuhan budaya lokal yang mendalam, sehingga mendapatkan apresiasi luas dari komunitas sastra Indonesia.
Karier & Aktivitas Publik
Selain menulis, Aslan Abidin juga aktif dalam dunia akademik dan komunitas sastra. Ia pernah bekerja sebagai redaktur di beberapa media, termasuk Harian Pare Pos, Tribun Timur, dan Pedoman Rakyat. Saat ini, ia menjabat sebagai:
- Ketua Masyarakat Sastra Tamalanrea (MST) Makassar
- Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar
- Pendiri Institut Sastra Makassar (ISM)
Aslan juga sering diundang dalam berbagai festival dan forum sastra internasional, termasuk Indonesia International Poetry Festival (2006), Ubud Writers and Readers Festival (2004), dan Borobudur Writers and Cultural Festival (2013).
Media Sosial
Untuk informasi dan karya terbaru, Aslan Abidin dapat diikuti melalui akun Instagram resminya: @aslanabidin_.
Aslan Abidin adalah contoh sastrawan Indonesia yang konsisten menekuni dunia sastra sambil aktif dalam pendidikan dan pengembangan komunitas sastra. Melalui karya-karya puisinya, kontribusinya pada media, serta perannya sebagai pendidik, ia memberikan sumbangsih penting dalam pelestarian sastra Indonesia dan budaya Bugis, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda penulis.
