Profil Edijushanan: Sastrawan Produktif dari Karang Tengah, Cirebon

Edijushanan lahir pada 6 Agustus 1940 di Karang Tengah, Cirebon, Jawa Barat. Ia tumbuh di lingkungan pedesaan Cirebon dalam keluarga yang sederhana ..

Edijushanan, atau yang akrab disapa Edi, adalah seorang sastrawan yang menorehkan jejak penting dalam perkembangan sastra Indonesia dan Sunda sejak dekade 1970-an. Lahir pada 6 Agustus 1940 di Karang Tengah, Cirebon, Jawa Barat, ia dikenal sebagai penulis puisi, cerpen, novel, esai, serta kritik sastra yang karya-karyanya hadir di sejumlah majalah sastra bergengsi.

Edijushanan

Identitas dan Latar Keluarga

Edi tumbuh di lingkungan pedesaan Cirebon dalam keluarga yang sederhana namun mendorongnya untuk menempuh pendidikan dan aktif dalam dunia literasi. Meski tidak banyak informasi tentang orang tuanya yang tercatat secara publik, berbagai sumber menunjukkan bahwa suasana keagamaan dan kedisiplinan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap gaya hidup dan etika kerja Edi. Sebagai seorang Muslim, ia dibesarkan dengan nilai-nilai luhur yang kelak mewarnai cara pandangnya terhadap kehidupan dan karya sastra.

Pendidikan

Perjalanan pendidikan Edijushanan dimulai dari sekolah dasar hingga menamatkan SGB pada tahun 1957. Setelah itu ia melanjutkan ke jenjang SMA (1958–1960) sambil mengajar di beberapa sekolah. Semangatnya untuk memperdalam ilmu bahasa dan budaya Nusantara membawanya ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Nusantara (Seksi Sunda). Walau tidak menyelesaikan studinya, pengalaman akademik tersebut memperluas wawasan dan memperkuat dasar intelektualnya dalam berkarya.

Karier Awal: Guru dan Pekerja Kantoran

Edi mengawali karier sebagai guru SD (1958–1967) dan kemudian mengajar di SMP serta PGA (1961–1967). Profesi guru memberikan ruang baginya untuk mengasah kemampuan berbahasa, sekaligus memperkuat rasa empati terhadap kehidupan sosial masyarakat kecil—tema yang kelak sering muncul dalam karya-karyanya.

Setelah berhenti mengajar, ia bekerja di sektor swasta sebagai pegawai di PT Daha Motor (1967–1970) dan CV Manggung Jaya (1970–1973). Meskipun bidang pekerjaannya tidak terkait langsung dengan sastra, Edi tetap aktif menulis dan mengirimkan karya ke berbagai majalah.

Meniti Karier Sastra dan Penelitian

Perjalanan karier Edi di dunia sastra semakin kokoh saat ia terlibat sebagai Project Officer Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Taman Ismail Marzuki pada tahun 1974–1975. Pada masa yang sama, ia juga menjadi anggota tim peneliti sastra dan bahasa di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1974–1978). Peran ini memberinya pengalaman penting dalam lingkup akademik dan kebijakan kebahasaan nasional.

Edi kemudian bekerja sebagai redaktur Penerbit Aries Lima (1979–1987), sebuah posisi yang memperluas pengaruhnya dalam dunia penerbitan serta memperkuat posisinya sebagai seorang intelektual.

Setelah merasa cukup uzur untuk bekerja di Jakarta, ia kembali ke kampung halaman di Karang Tengah dan mengabdikan diri sebagai petani, wiraswasta, dan penulis, sambil tetap aktif berkarya.

Prestasi dan Penghargaan

Jejak karya Edijushanan mendapat apresiasi dari banyak pihak, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Beberapa penghargaan penting yang pernah diraihnya antara lain:

  1. Hadiah Kedua Sayembara Mengarang Roman DKJ (1977) untuk novel Jantan. Novel ini diterbitkan oleh Gramedia pada 1989.
  2. Hadiah Kedua Sayembara Cerpen Kincir Emas – Radio Hilversum, Belanda (1988) melalui cerpen Manusia.
  3. Juara Harapan II Hadiah Sastra Sunda Daeng Kanduruan Ardiwinata (1996) untuk kategori naskah drama.

Penghargaan tersebut menegaskan posisi Edi sebagai salah satu penulis yang berpengaruh di bidang sastra Indonesia dan Sunda.

Karya Edijushanan

Selama lebih dari tiga dekade berkarya, Edijushanan menghasilkan berbagai genre tulisan, mulai dari novel, cerita anak, cerpen, puisi, hingga penelitian sastra. Beberapa karyanya yang telah diterbitkan antara lain:

  1. Saudagar Ikan (cerita anak, 1974)
  2. Petani-Petani Cilik (cerita anak, 1975)
  3. Darja Bebek (cerita anak, 1975)
  4. Daun-Daun Menghijau (novel, 1976)
  5. Jalan Tembus (novel, 1979)
  6. Widuri Gadis Berbudi (novel, 1979)
  7. Menaklukkan Bukit (cerita anak, 1980)
  8. Jeritan Hati di Balik Debur Ombak (cerita rakyat, 1983)
  9. Tomi Melacak Pencuri Lukisan (1985)
  10. Jantan (novel, 1989).
  11. Hariring (puisi bahasa Sunda, 1995)
  12. Langit Biru Bulan Ngempur Béntang-béntang Baranang (naskah drama Sunda, 1996)

Selain itu karya-karya Edi juga tersebar di berbagai media sastra ternama seperti Mimbar Indonesia, Sastra, Horison, serta surat kabar nasional dan daerah.

Visi dan Kontribusi

Kontribusi terbesar Edijushanan terletak pada konsistensinya dalam mengangkat kehidupan rakyat kecil, kejujuran manusia, dinamika sosial pedesaan, serta nilai-nilai moral dalam setiap karyanya. Ia dikenal jujur, lugas, dan tanpa pretensi dalam menulis—sebuah gaya yang membuat karyanya dekat dengan pembaca.

Di samping itu, peran Edi sebagai peneliti bahasa dan sastra turut membantu memperkaya dokumentasi literatur Nusantara, terutama terkait sastra Sunda. Ia menjadi contoh penulis yang menyeimbangkan antara karya kreatif dan kontribusi akademis.

Kehidupan Pribadi dan Aktivitas Terakhir

Usai kembali ke Cirebon pada akhir 1980-an, Edijushanan memilih untuk hidup sebagai petani, wiraswasta, dan penulis. Meski tinggal jauh dari pusat kegiatan budaya di Jakarta, ia terus berkarya dan sesekali terlibat dalam kegiatan literasi lokal.

© Artikel Populer. All rights reserved.