Profil Irma Agryanti: Suara Liris dari Timur Nusantara

Irma Agryanti, penyair asal Mataram, peraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2019, dengan karya yang reflektif dan berpijak pada identitas Timur Nusantara.

Irma Agryanti lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 28 Agustus 1986. Ia dikenal sebagai salah satu penyair penting Indonesia yang tumbuh dan berkiprah di era Angkatan 2000. Dalam perjalanan panjangnya di dunia sastra, Irma menampilkan suara yang khas, kuat, dan bernuansa personal, dengan akar kuat pada identitas kultural dan pengalaman sosial dari Timur Nusantara.

Irma Agryanti

Latar Keluarga dan Pengaruh Awal

Irma Agryanti berasal dari lingkungan keluarga yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan serta budaya lokal. Sejak kecil, ia telah akrab dengan dunia literasi dan bahasa. Keluarga serta lingkungan tempatnya tumbuh di Mataram memberikan pengaruh besar terhadap gaya dan tema puisinya—terutama dalam hal kesadaran akan tanah kelahiran, alam, dan perempuan. Nilai-nilai tersebut kelak membentuk karakter kepenyairannya yang jernih, reflektif, dan tajam secara sosial.

Pendidikan dan Pembentukan Intelektual

Irma menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, pada bidang Sastra Inggris. Pilihan studinya memperkaya perspektifnya terhadap karya sastra dunia dan memperluas wawasannya dalam memahami tradisi puisi lintas budaya. Latar akademik tersebut pula yang kemudian membantu Irma untuk menulis dengan keseimbangan antara keindahan bahasa dan kedalaman makna.

Selain pendidikan formal, keterlibatannya di berbagai komunitas sastra dan forum kepenulisan juga turut membentuk kepekaannya terhadap isu sosial dan estetika. Irma bergiat aktif di Komunitas Akarpohon, sebuah kelompok sastra yang berperan penting dalam menghidupkan geliat literasi di kawasan timur Indonesia.

Karier dan Aktivitas Publik

Sebagai sastrawati, Irma Agryanti dikenal luas berkat karya-karyanya berupa puisi dan cerita pendek yang terbit di berbagai media nasional, antara lain Kompas, Koran Tempo, Horison, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Bali Post, Suara NTB, dan masih banyak lagi. Kiprahnya di dunia sastra tidak berhenti pada penulisan semata, tetapi juga meluas pada kegiatan festival, lokakarya, serta forum sastra lintas negara.

Beberapa di antara forum penting yang diikutinya adalah:

  1. Pertemuan Penyair Nusantara VI (Jambi, 2012)
  2. Temu Karya Sastrawan Nusantara (Tangerang, 2013)
  3. Fokus Sastra (Bandung, 2014)
  4. Temu Sastra Kepulauan VIII (Makassar, 2014)
  5. Makassar International Writers Festival (2016)
  6. Makassar International Eight Festival and Forum: Fiction, Writer & Font (2017)
  7. Muktamar Sastra (Situbondo, 2018)

Keterlibatan aktifnya di berbagai ajang tersebut menunjukkan komitmennya dalam memperkenalkan suara sastra Indonesia Timur di kancah nasional dan internasional.

Pada tahun 2019, Irma terpilih mengikuti program pertukaran penyair Indonesia Timur–Inggris, yang mempertemukannya dengan berbagai penyair dan sastrawan dari lintas negara. Tahun yang sama menjadi tonggak penting dalam kariernya karena ia berhasil meraih Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Puisi melalui buku Anjing Gunung.

Karya dan Pencapaian

Irma Agryanti telah melahirkan sejumlah karya penting yang memperkaya khazanah sastra Indonesia modern.

Buku Puisi Tunggal:

  1. Requiem Ingatan (Akarpohon, 2013)
  2. Anjing Gunung (Basabasi, 2018) — pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2019
  3. Merah Alizarin (Diva Press, 2023)

Buku Cerpen Tunggal:

  1. Ning (Akarpohon, 2020)
Buku Antologi Bersama:
  1. Sauk Seloko: Bunga Rampai Puisi PPN VI (2012)
  2. Bersepeda ke Bulan: Antologi Hari Puisi Indopos (2013)
  3. Nun: Antologi Hari Puisi Indopos (2015)
  4. Taman Pitanggang: Himpunan Puisi Penyair Perempuan NTB (2015)
  5. Tentang Yang: Antologi Puisi (2017)
  6. Dari Timur: Tulisan Pilihan Makassar International Writers Festival (2017 & 2019)
  7. I Am Both Stranger and of This Place: Poems from Indonesia and the UK (2019)
  8. Sekelebat Memori Patah Hati: Antologi Puisi (2024)

Karya-karya Irma menampilkan konsistensi tema dan kepekaan terhadap pengalaman perempuan, ingatan, luka, dan keteguhan hidup. Puisinya sering kali menyoroti realitas sosial dengan bahasa yang lembut namun menghunjam, memadukan kesunyian batin dan kegelisahan akan dunia yang berubah.

Visi dan Kontribusi

Sebagai bagian dari penyair Indonesia Timur, Irma Agryanti berperan penting dalam memperluas representasi sastra nasional. Ia tidak hanya menulis, tetapi juga menjadi simbol bagi banyak perempuan muda yang ingin bersuara melalui karya. Dalam berbagai kesempatan, Irma menekankan pentingnya keberagaman dalam sastra Indonesia, baik dari segi bahasa, pengalaman hidup, maupun daerah asal.

Visinya adalah menjadikan puisi sebagai ruang refleksi yang membebaskan—baik bagi penulis maupun pembacanya. Melalui karya dan partisipasinya di berbagai forum sastra, ia turut menghidupkan semangat literasi dan membangun jembatan antara tradisi dan modernitas.

Kehadiran di Media dan Ruang Digital

Irma Agryanti termasuk sosok yang relatif menjaga privasi. Ia tidak terlalu aktif di media sosial, namun beberapa kegiatan dan karyanya dapat ditemukan melalui akun resmi Komunitas Akarpohon, situs penerbit, serta kanal sastra daring seperti Basabasi.co dan Jurnalruang.com. Publikasi-publikasi ini menjadi rujukan terpercaya untuk mengikuti kiprahnya di dunia sastra.

Penyair dengan Suara yang Menyembuhkan

Irma Agryanti bukan sekadar penyair yang menulis puisi, melainkan seorang pengembara kata yang terus menggali makna dari kehidupan dan ruang batin manusia. Ia menghadirkan suara perempuan, Timur, dan kemanusiaan dalam bentuk yang lembut namun berdaya.

Dengan karya, visi, dan konsistensinya, Irma Agryanti telah menempatkan dirinya sebagai salah satu penyair penting Indonesia masa kini—sebuah sosok yang menulis bukan hanya untuk diingat, tetapi juga untuk menyembuhkan.

© Artikel Populer. All rights reserved.