Profil Korrie Layun Rampan: Penjaga Api Sastra dari Tanah Borneo

Korrie Layun Rampan adalah sosok penyair, editor, pengajar, dan duta budaya yang menyalakan obor sastra dari Tanah Borneo hingga ke panggung nasional.

Korrie Layun Rampan adalah salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia yang dikenal karena dedikasinya yang luar biasa terhadap perkembangan literasi nasional, khususnya dalam memperkenalkan suara-suara dari Kalimantan ke panggung sastra Indonesia. Ia bukan hanya dikenal sebagai penulis, editor, dan kritikus sastra, tetapi juga sebagai duta budaya dan pendidik yang konsisten menghidupkan semangat keindonesiaan melalui karya-karyanya.

Korrie Layun Rampan

Identitas dan Latar Keluarga

Korrie Layun Rampan lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 17 Agustus 1953, bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia—sebuah kebetulan simbolis bagi sosok yang kelak banyak menulis tentang identitas dan kebangsaan. Ia wafat di Jakarta pada 19 November 2015, dan dimakamkan di tanah kelahirannya, Kutai Barat.

Korrie merupakan putra dari pasangan Paulus Rampan dan Martha Renihay-Edau Rampan, keduanya berasal dari suku Dayak Benuaq, salah satu subetnis Dayak di pedalaman Kalimantan Timur. Latar keluarga yang kental dengan budaya lokal ini memberikan pengaruh besar terhadap corak dan tema karya-karyanya. Ia kerap menulis tentang kearifan lokal Dayak, hubungan manusia dengan alam, serta spiritualitas tradisional yang dihadapkan dengan modernitas.

Dalam kehidupan pribadi, Korrie menikah dengan Hernawati K. L. pada 10 Juli 1973. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai enam anak: Anthoni Ardhy Rampan, Evita Feirin Rampan, Riena Dyaningtyas Rampan, Eliade Rinding Rampan, Dayeng Rinding Renihay Rampan, dan Amalia Rinding Renihay Rampan.

Pendidikan dan Awal Ketertarikan terhadap Sastra

Sejak kecil, Korrie sudah menunjukkan ketertarikan mendalam terhadap dunia literasi. Ia lulus SD pada tahun 1967 dan memperoleh beasiswa dari pemerintah daerah Kalimantan Timur untuk melanjutkan pendidikan menengah di Samarinda hingga tahun 1970. Buku Tenggelamnya Kapal van der Wijk karya Hamka menjadi pintu masuknya ke dunia sastra.

Korrie kemudian melanjutkan studi ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Mula-mula ia mengambil jurusan Keuangan dan Perbankan, hingga meraih gelar sarjana muda, kemudian beralih ke Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Di Yogyakarta inilah dunia sastra benar-benar menyatu dengan kehidupannya.

Selama kuliah, ia bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK), komunitas sastra asuhan Umbu Landu Paranggi yang juga melahirkan banyak nama besar seperti Emha Ainun Nadjib, Ebiet G. Ade, dan Linus Suryadi A.G.. Dari sinilah bakatnya sebagai penyair dan kritikus tumbuh pesat.

Karier, Aktivitas Publik, dan Dedikasi dalam Dunia Sastra

Perjalanan karier Korrie Layun Rampan dimulai pada akhir 1970-an di Jakarta. Ia bekerja sebagai wartawan dan editor buku di sejumlah penerbit ternama. Di antaranya, ia menjadi editor Penerbit Cypress (1978–1980) dan editor Penerbit Sinar Harapan (1980–1982). Selain itu, ia juga menjadi penyiar RRI dan TVRI, serta menjabat Direktur Keuangan merangkap Redaktur Pelaksana Majalah Sarinah.

Korrie dikenal sebagai sosok multitalenta. Ia menulis puisi, cerpen, novel, esai, kritik sastra, hingga cerita anak-anak. Lebih dari seratus karya diterjemahkan, disunting, dan dipublikasikan baik di media cetak maupun dalam bentuk buku. Korrie juga menerjemahkan lebih dari 100 buku cerita anak dan puluhan cerita pendek dunia, termasuk karya Leo Tolstoy, Anton Chekov, dan Luigi Pirandello.

Pada Maret 2001, Korrie kembali ke tanah kelahiran dan mendirikan Koran Sendawar Pos di Kutai Barat, di mana ia menjabat sebagai Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi. Selain itu, ia turut mengajar di Universitas Sendawar, serta aktif menjadi pembina komunitas sastra dan budaya.

Keterlibatan di Dunia Politik dan Sosial

Korrie tidak hanya berkarya di bidang sastra, tetapi juga berkontribusi dalam dunia sosial dan politik. Pada Pemilu 2004, ia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Kutai Barat (periode 2004–2009), dan menjabat sebagai Ketua Komisi I DPRD Kutai Barat. Ia dikenal sebagai figur yang menjembatani dunia budaya dan kebijakan publik.

Meski terjun ke politik, Korrie tidak pernah meninggalkan sastra. Ia tetap menulis, mengajar, dan mempromosikan budaya lokal. Bagi Korrie, sastra dan politik adalah dua jalan untuk mencapai hal yang sama: membangun kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan.

Karya-Karya dan Sumbangsih Besar bagi Sastra Indonesia

Nama Korrie Layun Rampan begitu dikenal berkat kiprahnya sebagai penyusun buku monumental Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Buku ini menjadi dokumentasi penting perkembangan sastra Indonesia modern dan memuat lebih dari 100 sastrawan kontemporer, termasuk Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma, Afrizal Malna, dan Dorothea Rosa Herliany.

Korrie dikenal produktif. Ia menulis puluhan buku puisi, cerpen, novel, dan esai. Di antara karya terkenalnya adalah:

Puisi:

  1. Matahari Pingsan di Ubun-Ubun (1974)
  2. Bulaksumur Malioboro (antologi bersama, 1975)
  3. Dermaga II (antologi bersama, 1975)
  4. Bandarmasih (antologi bersama, 1975)
  5. Putih! Putih! Putih! (antologi bersama Gunoto Saparie, 1976)
  6. Cermin Sang Waktu (antologi bersama Gunoto Saparie, 1976)
  7. Sawan (1978)
  8. Suara Kesunyian (1981)
  9. Nyanyian Kekasih (1981)
  10. Nyanyian Ibadah (1985)
  11. Tonggak IV (antologi bersama, 1987)
  12. Undangan Sahabat Rohani (1991)
  13. Dari Negeri Poci 2 (antologi bersama, 1994)
  14. Trotoar (antologi bersama, 1996)
  15. Antologi Puisi Indonesia 1997 (antologi bersama, 1997)
  16. Jakarta dalam Puisi Mutakhir (antologi bersama, 2000)
  17. Nyanyian Integrasi Bangsa (antologi bersama, 2000)
  18. Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak (antologi bersama, 2002)
  19. Upacara Bulan (2007)
  20. Mata Kekasih (2008)
  21. Dayak! Dayak! Di manakah Kamu? (2014)
  22. Titik Temu: Antologi Puisi Komunitas Kampoeng Jerami (2014)
  23. Anomali: Kumpulan Puisi (2015)
  24. Suara Sendawar Kendal (antologi bersama Gunoto Saparie, 2015)

Cerpen:

  1. Kekasih (1981)
  2. Malam Putih (1983)
  3. Perjalanan Guru Sejarah (1983)
  4. Matahari Makin Memanjang (1986)
  5. Perhiasan Bumi (1986)
  6. Perhiasan Bulan (1988)
  7. Perhiasan Matahari (1989)
  8. Ratapan (1989)
  9. Tak Alang Kepalang: Kumpulan Cerita Pendek (1993)
  10. Hitam (1993)
  11. Rawa (2000)
  12. Tarian Gantar (2002)
  13. Tamiang Layang, Lagu dari Negeri Cahaya (2002)
  14. Pembisik: Kumpulan Cerpen Republika (antologi cerpen, 2002)
  15. Acuh Tak Acuh (2003)
  16. Perjalanan ke Negeri Damai (2003)
  17. Teluk Wengkay (2003)
  18. Wahai (2003)
  19. Percintaan Angin (2003)
  20. Melintasi Malam (2003)
  21. Rindu (2005)
  22. Nyanyian Lara (2005)
  23. Kayu Naga (2007)
  24. Labirin Mahakam: Antologi Cerita Pendek Majalah Bmagazine, 2011 (2012)
  25. Daun-Daun Bulan Mei (2013)
  26. Bentas Babay: Kumpulan Cerita Pendek (2015)

Cerita Anak:

  1. Star Trek: Mesin Waktu Mr. Spock (1979)
  2. Pengembaraan Tonsa di Posa (1981)
  3. Nyanyian Tanah Air (1981)
  4. Lagu Rumpun Bambu (1983)
  5. Cuaca di atas Gunung dan Lembah (1985)
  6. Mulawarman Bersama 25 Pahlawan Kalimantan (1985)
  7. Pohon-Pohon Raksasa di Rimba Nusantara: Kumpulan Puisi Anak-Anak (1995)
  8. Manusia Langit: Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Timur (1997)
  9. Asal-Usul Api: Cerita Rakyat (2001)
  10. Asal-Usul Pesut (2005)

Novel:

  1. Upacara (1978) diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh George A. Fowler diberi judul Ceremony (2015)
  2. Api Awan Asap (1999)
  3. Lingkaran Kabut (2000)
  4. Perawan (2000)
  5. Wanita di Jantung Jakarta (2000)
  6. Api, Asap, Awan (2002)
  7. Bunga (2002)
  8. Sendawar (diterbitkan sebagai cerber di Tabloid Nova, 2003)
  9. Riam (2003)

Daftar Buku Kajian/Kritik/Esai Sastra:

  1. Puisi Indonesia Mutakhir: Sebuah Perkenalan (1980)
  2. Puisi Indonesia Kini: Sebuah Perkenalan (1989)
  3. Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Sebuah Pembicaraan (1982)
  4. Kritik Sastra Indonesia Mutakhir (1982)
  5. Perjalanan Sastra Indonesia (1983)
  6. Suara Pancaran Sastra (1984)
  7. Wajah Sastra Indonesia (1984)
  8. Fungsi Sastra, Bahasa, dan Seni Budaya dalam Pembangunan Bangsa (1984)
  9. Kesusastraan Tanpa Kehadiran Sastra (1984)
  10. Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (1985)
  11. Sajak-Sajak Rendra dan Angkatan 80 dalam Sastra Indonesia (1985)
  12. Jejak Langkah Sastra Indonesia (1986)
  13. Aliran - Jenis Cerita Pendek (1995)
  14. Leksikon Susastra Indonesia (2000)
  15. Profil Perempuan Pengarang, Peneliti dan Penerbit di Indonesia (2000)
  16. Sejarah Sentawar (studi sejarah lokal, 2002)
  17. Lamin Ditinjau dari Sudut Sosiologi dan Antropologi Budaya (kajian sosiologis dan antropologis, 2003)
  18. Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir (apresiasi, 2009) 4 chapter
  19. Kalimantan Timur dalam Fragmen Novel Indonesia (2011)
  20. Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia (2011)
  21. Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia (2011)
  22. Kreatif Menulis Cerita Anak (2012)

Sebagai Editor:

  1. Trisno Sumardjo: Pejuang Kesenian Indonesia (1985)
  2. Iwan Simatupang: Pembaharu Sastra Indonesia (1985)
  3. Wanita Penyair Indonesia: Antologi Puisi (1997)
  4. Matahari Sabana
  5. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (2000)
  6. Kembang Mayang: Dua Puluh Delapan Cerpen Wanita Cerpenis Indonesia (2000)
  7. Dunia Perempuan: Antologi Cerpen Wanita Cerpenis Indonesia (2002)
  8. Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Indonesia (studi, 2005)
  9. Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia (2005)
  10. Bingkisan Petir: Antologi Cerita Pendek Cerpenis Kalimantan Timur (2005)
  11. 80 Sajak Puncak dalam Sejarah Sastra Indonesia (2014)

Penghargaan dan Pengakuan

Selama hidupnya, Korrie menerima banyak penghargaan bergengsi, antara lain:

  1. Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (2006)
  2. Hadiah Pelopor Sastra Kalimantan Timur dari Pemerintah Kota Balikpapan (2009)
  3. Citra Darma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI (2010)
  4. Penghargaan Budaya dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2012)
  5. Penghargaan Komunitas Etnis Dayak Benuaq (2012)

Karya dan dedikasinya menjadikan Korrie sosok penting dalam sejarah sastra Indonesia, terutama sebagai jembatan antara sastra daerah dan sastra nasional.

Pandangan, Visi, dan Kontribusi

Korrie Layun Rampan percaya bahwa sastra adalah cermin kebudayaan dan kekuatan moral bangsa. Ia kerap menekankan pentingnya sastra sebagai sarana pendidikan karakter dan pemersatu bangsa. Melalui tulisan-tulisannya, Korrie memperkenalkan kekayaan alam dan spiritualitas masyarakat Dayak kepada dunia luar dengan cara yang humanis, puitis, dan membumi.

Visinya jelas: menjadikan sastra sebagai alat perubahan sosial dan media untuk menjaga keberagaman budaya Indonesia. Ia ingin generasi muda tidak hanya menjadi pembaca, tetapi juga pencipta karya yang mencerminkan nilai kemanusiaan dan kebangsaan.

Warisan dan Jejak Abadi

Hingga kini, karya-karya Korrie Layun Rampan masih dibaca dan dikaji di berbagai lembaga pendidikan, mulai dari sekolah hingga universitas. Beberapa bukunya menjadi referensi utama dalam studi sastra Indonesia modern, terutama dalam kajian tentang cerpen, puisi, dan kritik sastra mutakhir.

Lebih dari sekadar penulis, Korrie adalah arsitek dokumentasi sastra Indonesia yang berperan besar dalam membangun kesadaran literasi di Kalimantan Timur dan seluruh nusantara. Ia adalah jembatan antara pusat dan daerah, antara sastra modern dan tradisional.

Korrie Layun Rampan adalah sosok penyair, editor, pengajar, dan duta budaya yang menyalakan obor sastra dari Tanah Borneo hingga ke panggung nasional. Melalui ribuan halaman tulisan, ia menanamkan nilai tentang identitas, keindahan bahasa, dan cinta terhadap tanah air.

Warisan intelektual dan moralnya tetap hidup—bukan hanya di buku-buku yang ditinggalkannya, tetapi juga di hati pembaca dan penulis yang terinspirasi olehnya.

© Artikel Populer. All rights reserved.